Pages

Ads 468x60px

Labels

Jumat, 19 Oktober 2012

Yes, I do... Let's WE go... :)



Hari berganti, sekembalinya mas ke pulaunya, saya pun di rumah semakin gelisah #(weeeeew...lebaaaai banget pakai gelisah segala, terlalu mendramatisir). Ya, ibu, bapak dan mas beserta istri smakin giat mem"provokasi".Heheee. Setiap hari saya mendengarkan pidato kenegaraaan yang sesuatu bangeeet deh pokoknya. 
Setelah hari-hari itu, kami mulai menjalin komunikasi melalui sms, telephone dan sejenisnya. Semakin hari kami semakin saling mengenal sedikit demi sedikit. Saya jadi tau ternyata masnya jago masak*. Dan yang membuat saya ga habis fikir adalah pengakuannya yaitu ternyata semenjak bapaknya menyampaikan maksud perjodohan sejak 3 bulan yang lalu kepada beliau maka seketika itu beliau mencari tahu saya melalui "mbah google", beliau menyampaikan telah menemukan beberapa hal informasi mengenai saya dari google. #(Hmmm...Geleng-geleng... hehehee..). 
Ya, semakin hari maka pembicaraan saya dan beliaunya pun semakin serius diperantarai oleh ibu saya secara langsung. Yah, jadilah saya mbak "siti nurwindi" #(uups becandaaaa). Saya menikmati semua proses itu. Saya berkonsultasi dengan saudara saya, berkonsultasi dengan ayang Mulki yang kebetulan "senasib"#(piiisss) :p, berkonsultasi juga dengan salah satu Idola saya Bu ade (ibu direktur saya) yang kebetulan juga "senasib", berkonsultasi dengan guru saya, dan satu yang tidak pernah terlewatkan yang senantiasa membersamai saya dalam serangkaian proses ini adalah Allah SWT.
Hingga Sampailah pada sebuah pertanyaan mengnai kapan dan bagaimana mengenai kelanjutan cerita antara saya dan beliaunya ke depan via whatsapp . Inilah cuplikannya: 
ESW : Kalau yang dimaksud itu hubungan kita mah, ya bila memang kita sudah sama-sama ngerasa klop dan sama-sama siap untuk melengkapi separuh agama, ya hayuk kita menghadap orang tua untuk menyampaikan visi-misi yang hendak dicapai dalam berkoalisi kepada orang tua"
WW: Bismillah, setelah melalui beberapa kali istikhoroh, insyaAllah diterima. Teriring dengan ridho orang tua, InsyaAllah Windi ridho menikah dengan Mas Eko. Semoga semakin menguatkan keimanan dan keislaman windi sekeluarga. Semakin mengokohkan langkah demi langkah di jalan dakwah. Lillah, Billah, Fillah, Aamiin Ya Robbal Alamiin"
ESW : Speechless...:')
(Depok-Pontianak, 2 September 2012)

Yap, itulah cuplikannya... Sekilas dan sekelumit cerita awal dari koalisi kami, mohon do'anya... Semoga barokah mengiringi setiap langkah ikhtiar kami. Aamiin...

izinkan aku mengenalmu...



Rabu, 4 Syawal...
Banyak sekali acara reuni hari ini, mulai dari reuni MI, reuni SMP dan reuni SMA sekalian silaturohim ke rumah guru-guru sekolah dengan teman-teman. Saya sudah menjanjikan kedatangan pada teman-teman, dan memang saya baru punya waktu luang setelah jam 1-an siang. Pada jam itulah si mas berencana ingin silaturohim lagi ke rumah sembari saling mengenal lebih dalam. Semuanya sudah saya atur jadwalnya.
Pagi-pagi ibu saya sudah heboh dengan jadwal saya, beliau meminta saya untuk mengcancel jadwal reunian saya. Ibu meminta saya untuk fokus menjamu si mas saja karena kebetulan besoknya si mas sudah harus terbang ke pulau seberang, Kalimantan, untuk kembali beraktivitas lantaran liburnya sudah habis. Hmmm, apa boleh buat, akhirnya dengan berat hati saya batalkan semua agenda reunian sebagaimana yang ibu dan bapak minta. Sekitar jam 9-an beliau sampai rumah, langsung bertemu dan bercakap ringan dengan orang tua saya. Kami pun sarapan bersama dengan obrolan-obrolan ringan di sela-sela makan.
Seusai makan maka agenda perkenalan dimulai. Puncak Lawu dan Telaga Sarangan menjadi tempat tujuan kami bersama. Sepanjang perjalanan banyak hal yang kami perbincangkan, tentang membandingkan pemerintahan bupati Magetan dan Kalimantan, tentang hukum haram dan halal makan kulit sapi, tentang gaya hidup orang Kalimantan, tentang menu makanan, tentang perjuangan bisa sampai ke Kalimantan, tentang kegiatan kuliahku, tentang murid-muridnya, tentang pekerjaan dan semuanya. Tak jarang kami berhenti di sudut-sudut jalan yang mempunyai nice view untuk diabadikan pemandangan-pemandangan sepanjang perjalanan itu.
Setelah sholat ashar kami bersama-sama memutuskan untuk turun dan pulang. Di tengah perjalanan tiba-tiba beliau membelokkan kemudi untuk singgah di reunian SMPnya, antara mau dan tidak mau, ya sudah ikuti saja. Ternyata kami satu almamater SMP meski memilki selisih tahun yang lumayan, jadi masih agak nyambung ketika beliau2 bercerita mengenai guru-gurunya..hehee.
Hari pun mulai gelap, saatnya berpisah untuk esok hari beliau berangkat ke West Borneo dan saya masih menunggu hari kembali ke Depok.                                             Ya, itulah pertemuan ketiga kami, judulnya adalah “Izinkan aku mengenalmu”,    (#ah lebaaaaiiii.....hehehee).
Ya Allah semoga Engkau berkahi setiap ikhtiar kami.
.....bersambung

karena ridhoNya ada pada ridho orang tua...



Senin, 2 Syawal...
Beberapa saat setelah bertemu di Carefour rupanya ada SMS dari beliau untuk menanyakan apakah saya berkenan kalau hari ke-2 lebaran beliau hendak silaturohim ke rumah. Saya pun mempersilahkannya untuk mampir ke rumah sekalian bapak dan ibu ingin berbincang-bincang dengan beliaunya.
Pagi-pagi sekali ibu saya sudah heboh sendiri menanyakan mengenai rencana mas yang mau ke rumah, saya sampaikan ke ibu bahwa masnya akan datang sekitar pukul 9-an. Bapak pun mulai merapikan rumah sedari pagi, ibu juga meminta saya untuk segera merapikan diri, tapi entah kenapa ya rasanya kok males banget rapi-rapi. Saya menyengaja tidak mempersiapkan diri, biarlah ibu dan bapak yang menyambut kedatangannya.
Tidak lama kemudian terdengar suara ibu memanggil saya dari dalam rumah, menginformasikan bahwa tamunya sudah datang. Sengaja saya lama mempersiapkan diri agar bapak dan ibu dulu aja yang ngobrol. Sampai sekitar 30 menit-an saya baru keluar dengan malas-malas (#upps maap nih jujur bangets) hehee.
Jangan ditanya bagaimana perasaanya menyambut tamunya...? Seingat saya rasanya tidak gimana-gimana, biasa aja dan lempeng-lempeng aja. Kami pun mulai berbincang ngalor ngidul gak karuan dengan bahasa Jawa campur Indonesia, tentang  perantauan, tentang masa sekolah, tentang kuliah, tentang Depok, tentang Bandung, dan dengan sangat bersemangat beliau menceritakan tentang Kalimantan mulai dari makanan, gaya hidup penduduk asli, keadaan air, pemerintahan dan saya hanya mengangguk-angguk menjadi pendengar. Sangat terlihat supel*nya beliau, tak henti-hentinya beliau selalu berusaha memecah keheningan, dan kebosanan.
Waktu berjalan, hati saya sudah mulai gelisah, kenapa? Karena kok betah banget ya ini si mas ga pamit-pamit. Padahal ada beberapa agenda silaturohim ke saudara, akhirnya semua agenda itu canceled dulu. Terdengarlah adzan dzuhur berkumandang, beberapa saat kemudian beliaunya izin mau numpang sholat dan kemudian pulang. Legaaaa...akhirnya pulang juga (#uuupsss). Setelah pamitan dg ibu bapak, beliaunya langsung capcuuuussss. (#Ayeeeyeee...)
Senja tiba, ibu bapak mengajakku jalan-jalan sore nyari sate ke daerah dekat kecamatan, “aahhh, ini pasti ada maunyaaa...”, gumamku dalam hati. Benar ternyata, ada pidato kenegaraan yang mengiringi saya nyopir sepanajang perjalanan. Ada pesan-pesan khusus yang intinya:
Sudahlah, mau menunggu yang bagaimana lagi...? kalau yang sholeh, santun, siap dan mampu untuk hidup bersama sudah ada dan dari keluarganya sudah meminta lalu sekarang mau nyari lagi yang kyak gimana...? apakah masih kurang...? mana qona’ahnya...? Ibu dan bapak sudah kenal baik dengan orang tuanya, semuanya santun dan bersahaja. InsyaAllah ini yang terbaik, ini jawaban dari do’a-do’a panjang ibu, bapak dan mbah ti untukmu selama ini, nak. Silahkan difikir matang-matang, difahami dan di istidorohkan yaa. Ibu, bapak, mbah ti sekeluarga sudah merestui dengan sepenuh hati. InsyaAllah dengan restu dan do’a kami yang mengiringi, hidupmu dan keluargamu kelak akan bahagia dan barokah. Ibu dan bapak selalu mendo’akan yang terbaik dan InsyaAllah inilah yang terbaik, selamat mengikhtiarkan cinta ya, nak.”
Saya hanya tersenyum sembari sepatah dua patah kata menjawab, “nggiih buk, nggih pak”. Jangan ditanya bagaimana hati saya, saya tak mampu mengungkapkannya, yang ada dipikiran saya adalah bayangan betapa bahagianya orang tua saya kalau saya menerima semuanya tanpa memikirkan apakah saya (sudah) jatuh cinta atau minimal ada rasa suka atau minimal kecenderungan terhadapnya. Jawabannya adalah bahwa semua rasa itu belum ada sama sekali, yang ada dipikiran saya hanya ridho Allah ada pada ridho orang tua, itu saja, cukup. 

.......bersambung

Kamis, 18 Oktober 2012

First Time I meet You




Sabtu, 29 Ramadhan...
Setelah menyelesaikan serangkaian ujian untuk mendapatkan SIM A di Polres Magetan, saya, ibu dan bapak melanjutkan perjalanan ke Madiun, tempat yang kami tuju adalah Matahari - Hypermart Madiun untuk mengambil netbook yang diservis beberapa hari yang lalu. Sembari menunggu instalan netbook yang belum selesai, saya memutuskan mengajak ibu masuk ke Hypermart unt mencari cemilan, softdrink atau dan beberapa snack yang akan dihidangkan di meja rumah menyambut lebaran esok hari.
            Lorong demi lorong kami susuri sembari melihat-lihat semua yang dipajang di setiap rak dan sampailah di sebuah lorong dengan posisi saya berjalan di depan ibu. Seketika itu dari arah yang berlawanan saya lihat bapak separuh baya dengan istrinya dan sekeluarganya tersenyum ke arah saya. Sayapun bingung dan segera menghampiri ibu yang berada di belakang saya yang masih memilih-milih barang, “buk, itu ada yang senyum ke kita siapa ya, bu...?. Dengan terkaget-kaget ibu langsung berjalan menghampiri bapak-ibu dan sekeluarganya tersebut untuk menyalami satu persatu, “ Ya Allah... Pak tris, mboten sengojo kok kepanggih wonten mriki” (read: Ya Allah, Pak Tris ga di sengaja ini kok malah ketemu di sini), ucap ibu sembari ketawa bercampur kagok dan kikuk. Ibu pun memintaku untuk ikut menyalami Pak Tris dan sekeluarganya.
            Ya, satu persatu saya menyalaminya, mulai dari Bapaknya, Ibunya, Adik Laki-lakinya dan Adik perempuannya, hingga sampailah gilirannya kepadanya, ia menahan tangannya untuk bersentuhan dengan saya, sayapun menarik mundur kedua tangan saya sambil tertunduk. Mataku tak sanggup menatapnya, antara malu tapi penasaran juga. Setelah ibu usai bercakap-cakap sejenak, akhirnya ibu mengajakku beranjak. Sesaat sebelum beranjak sekilas aku memberanikan diri menengoknya kemudian berlalu pergi mengikuti langkah kaki ibu.
         Jangan ditanya komentar saya bagaimana setelah melihatnya pertama kali, jawabannya akan mengecewakan. Kenapa...? karena saya tidak bisa berkomentara apa-apa tentangnya. Bagaimana gambar wajahnya saya tidak bisa mengingatnya, apalagi baju apa yang dikenakannya. Tak ada yang mampu terekam dalam ingatan saya. Yang tertinggal hanyalah  bahwa perawakannya tinggi dan kurus, itu saja tidak lebih.
Aku tak tahu apa yang ku rasakanDalam hatiku saat pertama kaliLihat dirimu, melihatmuSeluruh tubuhku terpaku dan membisuDetak jantungku berdebar tak menentuSepertinya aku tak ingin berlalu
(Ungu - Percaya Padaku) #haha...nyanyi duyu...berasa film india..haha :D 
Saat beliau silaturohim ke rumah di lebaran ke-2, ia menceritakan asal muasal yang menggerakkan kakiknya sekeluarga ke Hypermart adalah untuk membeli TV lantaran TV yang selama ini ada sudah terbakar dan rusak.
Maha Suci Allah yang telah merancang skenario dari pertemuan kami. Masing-masing hati digerakanNya dengan alasan masing-masing, dan kami pun dipertemukan untuk pertama kalinya. Subhanallah...
.....bersambung

Dari Sinilah Semua Bermula...




Dari sinilah semua bermula. Orang tua kami yang mengawalinya. Suatu hari, di sekitar pertengahan tahun ini (2012) dengan tiba-tiba dalam sebuah percakapan ringan di telepon genggam ibu menyampaikan ada berita dari teman dekat ibu bahwa pimpinan di tempat ibu bekerja dengan keseriusan mengajak menyambung persaudaraan (read: besanan). Spontan ibu menanyakan “Piye nduk...? Siap opo ora...?” (read: Gimana nak...? Siap ga...?). Saya pun menjawb dengan ringan “Dijalanin aja dulu, bu... toh kita belum tahu gimana2nya kaan...?”. Ibu melanjutkan, “Masnya sementara tinggal di Kalimantan karena kerjanya di sana, namanya Mas Eko, anak pertama dari Pak Pri. Ibu juga sudah sampaikan rencana hidupmu ke depan dan dari pihak keluarga masnya menerima, katanya yang penting kenalan dulu. Ini no telepon masnya dan nanti ibu kasih nomer teleponmu ke bapaknya ya...?”.Singkat saya menjawab, “Nggih buk, pun monggo kerso panjenengan mawon.” (read: Iya bu, udah gimana baiknya terserah ibu aja).

Waktu berjalan, hari berganti hingga beberapa minggu, saya menerima SMS dari nomer asing yang mengaku namanya Mas Eko dengan beberapa pertanyaan -seingat saya- yang menanyakan apakah benar saya yang memiliki nama Windi Wardani, di mana saya bekerja dan di mana saya tinggal. Saya pun menjawab seperlunya sebagaimana yang ditanyakan oleh yang mengirim pesan.
Hingga beberapa minggu bahkan berganti bulan komunikasi pun hilang. Sesekali saat telepon ibu menanyakan apakah ada kabar dari mas eko, saya pun menyampaikan ke ibu bahwa tidak ada lagi kabar. Komunikasi antara kamipun terputus sampai beberapa waktu yang cukup lama. Dan tidak ada lagi pembahasan antara saya dan ibu mengenai perihal ini lahi.
Beberapa hari menjelang libur lebaran kembali saya mendapatkan SMS dari nomer asing. Karena memang saya tidak menyimpan nomornya, dengan lamat-lamat saya coba mengingat deretan nomor yang masuk dan munculah sebuah nama dari ingatan saya bahwa ini adalah SMS dari Mas Eko yang isinya, “Lebaran pulang ga...?”. Keesokan harinya saya baru membalasnya dengan kalimat seperlunya, “iya InsyaAllah pulang”.
Tanggal 27 Ramadhan, seperti para perantau yang lain, sayapun pulang ke kampung halaman. Sesampainya di rumah, di sela-sela obrolan sambil bercanda, ibu menanyakan kabar masnya dan sekali lagi meyakinkan saya untuk benar-benar mempertimbangkan secara matang tawaran perjodohan ini, ibu menyampaikan bahwa bapak dan ibu sudah memiliki kecenderungan dengan keluarga besarnya, tinggal bagaimana saya dan masnya esok atau lusa akan diajak silaturohmi untuk bertemu dan saling mengenal. Dengan penuh kegalauan saya menjawab “InsyaAllah”. Bagaimana saya bisa memikirkan tawaran ini, menyeriusi bahkan memantapkan hati lhawong ketemu dan melihat orangnya saja belum pernah. Galau, dan bingung...trus piye iki....?. Hehehee....
....bersambung

And it All Began when I Met You



When I Met You
There I was, an empty piece of a shell
Just mindin' my own world

Without even knowin'
What love and life were all about
Then you came
And brought me out of my shell
You gave the world to me
And before I knew
There I was so in love with you
You gave me a reason for my being
And I love what I'm feelin'
You gave me a meaning to my life
Yes, I've gone beyond existing
And it all began
When I met you
I love the touch of your hair
And when I look in your eyes
I just know, I know, I'm on to something good
And I'm sure, my love for you will endure
Your love will light up my world and take all my cares
Away where they can't bother me
You taught me how to love
You showed me how tomorrow and today
My love, is different from the yesterday
I knew, you taught me to love
And darlin' I will always cherish you
Today, tomorrow and forever..
And I'm sure, when the evening comes around
I know we'll be making love
Like never before
My love, who could asked for more
When I met you...
When I met you...


 

Our Friends

Sample text

Sample Text

...Jumlah Tamu...

Sample Text

Sample Text