Pages

Ads 468x60px

Labels

Kamis, 18 Oktober 2012

Dari Sinilah Semua Bermula...




Dari sinilah semua bermula. Orang tua kami yang mengawalinya. Suatu hari, di sekitar pertengahan tahun ini (2012) dengan tiba-tiba dalam sebuah percakapan ringan di telepon genggam ibu menyampaikan ada berita dari teman dekat ibu bahwa pimpinan di tempat ibu bekerja dengan keseriusan mengajak menyambung persaudaraan (read: besanan). Spontan ibu menanyakan “Piye nduk...? Siap opo ora...?” (read: Gimana nak...? Siap ga...?). Saya pun menjawb dengan ringan “Dijalanin aja dulu, bu... toh kita belum tahu gimana2nya kaan...?”. Ibu melanjutkan, “Masnya sementara tinggal di Kalimantan karena kerjanya di sana, namanya Mas Eko, anak pertama dari Pak Pri. Ibu juga sudah sampaikan rencana hidupmu ke depan dan dari pihak keluarga masnya menerima, katanya yang penting kenalan dulu. Ini no telepon masnya dan nanti ibu kasih nomer teleponmu ke bapaknya ya...?”.Singkat saya menjawab, “Nggih buk, pun monggo kerso panjenengan mawon.” (read: Iya bu, udah gimana baiknya terserah ibu aja).

Waktu berjalan, hari berganti hingga beberapa minggu, saya menerima SMS dari nomer asing yang mengaku namanya Mas Eko dengan beberapa pertanyaan -seingat saya- yang menanyakan apakah benar saya yang memiliki nama Windi Wardani, di mana saya bekerja dan di mana saya tinggal. Saya pun menjawab seperlunya sebagaimana yang ditanyakan oleh yang mengirim pesan.
Hingga beberapa minggu bahkan berganti bulan komunikasi pun hilang. Sesekali saat telepon ibu menanyakan apakah ada kabar dari mas eko, saya pun menyampaikan ke ibu bahwa tidak ada lagi kabar. Komunikasi antara kamipun terputus sampai beberapa waktu yang cukup lama. Dan tidak ada lagi pembahasan antara saya dan ibu mengenai perihal ini lahi.
Beberapa hari menjelang libur lebaran kembali saya mendapatkan SMS dari nomer asing. Karena memang saya tidak menyimpan nomornya, dengan lamat-lamat saya coba mengingat deretan nomor yang masuk dan munculah sebuah nama dari ingatan saya bahwa ini adalah SMS dari Mas Eko yang isinya, “Lebaran pulang ga...?”. Keesokan harinya saya baru membalasnya dengan kalimat seperlunya, “iya InsyaAllah pulang”.
Tanggal 27 Ramadhan, seperti para perantau yang lain, sayapun pulang ke kampung halaman. Sesampainya di rumah, di sela-sela obrolan sambil bercanda, ibu menanyakan kabar masnya dan sekali lagi meyakinkan saya untuk benar-benar mempertimbangkan secara matang tawaran perjodohan ini, ibu menyampaikan bahwa bapak dan ibu sudah memiliki kecenderungan dengan keluarga besarnya, tinggal bagaimana saya dan masnya esok atau lusa akan diajak silaturohmi untuk bertemu dan saling mengenal. Dengan penuh kegalauan saya menjawab “InsyaAllah”. Bagaimana saya bisa memikirkan tawaran ini, menyeriusi bahkan memantapkan hati lhawong ketemu dan melihat orangnya saja belum pernah. Galau, dan bingung...trus piye iki....?. Hehehee....
....bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Our Friends

Sample text

Sample Text

...Jumlah Tamu...

Sample Text

Sample Text